The Octagon Lesson Learned

The Octagon Lesson Learned



Bagi penggemar MMA (Mix Martial Art) pasti mengenal sosok muslim tangguh tak terkalahkan dalam kejuaraan tarung di Ultimate Fighting Champion (UFC), namun sangat humble, rajin beribadah, menjunjung adab dan respect yaitu Khabib Nurmagomedov. 

Ciri khas Khabib setiap memenangkan pertandingan adalah Sujud Syukur dan menunjuk ke langit lalu menunjuk dadanya lalu menggerakkan telapak tangannya dengan makna "bukan", itu seolah mengatakan "bukan saya, tetapi Allah"

Octagon adalah segi delapan, tempat paling keras dalam pertarungan, dimana para fighter bertarung, merupakan tempat paling berdarah darah, tempat menunjukkan siapa juara sejati, bukan hanya dalam teknik dan strategi bertarung, namun juga respek pada segala hal. 

Ya respek, di tempat yang kita membayangkan pasti "no respect, no mercy", tetapi Khabib menunjukkan selalu respeknya, kecuali ketika berhadapan dengan si mulut besar "Conor McGregor" yang selalu menghina Ayahnya Khabib, Negaranya juga Kepatuhannya pada agama. Setelah mengalahkannya, Khabib meloncati Octagon dan menghajar teamnya yang selalu menghina selama pertandingan di luar octagon.

Hari Khabib memenangkan pertarungannya melawan Justin Gaethje pada UFC 254, sejak awal Khabib sangat respek dan mengingat kebaikan Gaethje yang pernah membantunya waktu cidera. Tidak sepatah katapun yang merendahkan Gaethje bahkan waktu tatap muka, mereka saling memuji kehebatan lawan, malah berjabat tangan.

Selesai pertandingan, Khabib bersujud sambil menangis. Gaethje  yang baru siuman dari pingsan akibat triangle lock, lalu mgenhampiri Khabib dan menguatkan perasaan Khabib yang sangat emosional karena kesedihan dan keharuan luar biasa, inilah kemenangan ke 29 tanpa kekalahan, namun kali ini tanpa Ayahnya, sang pelatihnya. Ayahnya Abdul Manap Nurmagomedov wafat beberapa pekan sebelum pertandingan karena terkena Covid 19.

Dalam Octagon yang keras seperti itu, sesungguhnya bisa banyak respek yang dihadirkan walau tetap professional sebagai fighter. Begitulah para champion luar dan dalam, baik fisik, moral maupun spiritual. 

Namun sayangnya di dunia nyata, di kehidupan hari ini, nampaknya banyak pecundang luar dan dalam, kinerja buruk namun amat sulit bermoral dan respek pada pada team, pada guru dstnya. Yang ada adalah kebutuhan eksistensi yang dipenuhi dengan ego diri, ego kelompok dstnya. 

Khabib seorang Muslim yang petarung, menunjukkan bahwa begitulah seharusnya seorang Muslim, di bidang manapun ia berjuang, harus menjadi "the good man", orang yang ihsan baik dalam kinerja profesi, keindahan adab/moral dan kekuatan spiritual, maupun dalam kehidupan keluarga dan sosial.

Berikut ucapan Khabib Nurmagomedov, setelah kemenangannya,

Hari ini saya mau mengatakan bahwa ini adalah pertarungan terakhir saya," kata @khabib_nurmagomedov

"Tidak mungkin saya bisa berada di sini tanpa ayah saya.

Keputusan pensiun yang diambil Khabib tak lepas dari kepergian sang ayah, Abdulmanap, pada 3 Juli 2020.

Khabib mengaku tak bisa terus bertarung tanpa kehadiran sang ayah.

Ketika UFC memberi tahu saya soal pertarungan dengan Gaethje, saya bicara dengan ibu, tiga hari setelah ayah berpulang," ucapnya.

"Ibu tidak ingin saya bertarung tanpa ayah, tetapi saya berjanji pada ibu bahwa ini adalah yang terakhir. Ketika saya sudah berjanji, saya harus menepatinya," kata Khabib.

.

Khabib memutuskan untuk pensiun dari seni bela diri campuran (MMA). 


Keputusan itu diumumkannya usai bertarung melawan Justin Gaethje pada UFC 254, Minggu (25/10/2020) dini hari WIB.

Pertarungan tersebut dimenangi Khabib Nurmagomedov pada ronde kedua melalui submission. Dengan begini, ia berhasil mempertahankan sabuk juara kelas ringan (lightwight) UFC. Undefeated selama berkarir di UFC dengan score 29:0

Semoga banyak Champion Muslim lahir dalam berbagai bidang kehidupan, dengan Adab yang mulia dan memiliki Ghiroh untuk menunjukkan keindahan Islam 

Semoga Allah karuniakan keberkahan kepada ayahanda Khabib Nurmagomedov, yaitu almarhum Abdul Manap Nurmagomedov, seorang Ayah sekaligus Coach yang melahirkan Champion yang membanggakan Ummat Islam, sekaligus pendidik yang berhasil membangun adab mulia pada anak anaknya, baik adab kepada Allah, kepada AyahIbu, kepada Guru, kepada Team, kepada Ummat dstnya.

Juga semoga dilimpakan kepada Ibunda Khabib Nurmagomedov. Seorang champion tak terkalahkan yang dipuji puji dunia, bagai Elang buas di dalam Octagon, namun hatinya selembut sutra kepada ibunya. Siapa yang bisa melembutkan hati seorang pejuang tangguh daripada Ibu yang maaf dan cintanya seluas lautan.

Allahumma aamiin

Sumber : FB Pak Harry Santosa

Lalat dan Sampah, Sebuah Renungan

Lalat dan Sampah, Sebuah Renungan

LALAT DAN SAMPAH

Beberapa tahun silam, ada salah seorang pasien yang hampir selalu rutin datang setiap sabtu untuk ruqyah bersama. Keluhan sakitnya macem-macem, diantaranya yang saya ingat adalah gangguan di pencernaan dan beberapa keluhan lain. 

Beliau memiliki latar belakang keluarga besar yang sangat dekat dengan hal-hal supranatural. Jimat, pusaka, atau menghitung hari untuk bangun rumah, atau arah menghadapnya rumah bukan lagi hal asing dalam keluarga beliau.

Beliau “rajin” ke dokter jika sakit mulai kambuh. Dan tak kunjung sembuh meski berulang kali berobat. Hingga beliau memutuskan untuk ikut ruqyah. Selesai kah??…..

Tidak. Berulangkali beliau mengikuti ruqyah di tempat saya, dan reaksi yang muncul selalu sama, muntah-munta dan sejenisnya. Selesai ruqyah, badan terasa ringan dan sakit berkurang. Tp tidak berapa lama, sakit datang kembali. Begitu seterusnya.



Suatu saat, di tahun 2015, saya diminta ngisi pengajian Ibu-ibu dengan tema ruqyah. Beliau juga hadir di acara tersebut. Seperti biasa sebelum ruqyah dimulai, selalu diawali dengan ta’lim tentang pembersihan jiwa, atau tazkiyatun nafs. 

Salah satunya adalah mengapa jin bisa hadir dalam hidup kita dan berulah dalam tubuh kita. Begitu juga selesai ruqyah, ada evaluasi sekilas tentang reaksi yang dirasakan dan dikaitkan dengan semua masa lalu dalam keseharian.

Salah satu kalimat yang membuat saya tertegun adalah kalimat dari ibu tersebut.

“Penting mengubah sikap terhadap sakit, dan membenahi diri. Saya sudah tidak lagi merasakan keluhan keluhan yang pernah saya alami dulu. 

Saya berulang kali ruqyah tapi tidak kunjung sembuh, tetapi saya selalu menyimak setiap nasihat yang Mas sampaikan dan berusaha mengamalkannya. Perlahan saya belajar melapangkan hati, menerima segala yang terjadi dengan ridho dan husnudhon pada Alloh. 

Kemudian perlahan sakit saya hilang. Saya sembuh bukan karena ruqyahnya, tapi karena saya menyimak nasihat, menyadari ada yang salah dan berusaha memperbaiki batin saya.” Kurang lebih begitu kalimat beliau.

Dan Alhamdulillah, Alloh takdirkan kesembuhan pada beliau.

Ada cerita lain sejenis dengan ini…..

Suatu saat di salah satu kota di jatim..

Ada seorang ibu, pasien di klinik kota tersebut. Saat ruqyah, beliau bereaksi keras, luar biasa. Berbagai dugaan diagnosa diberikan waktu itu. Beliau terus rajin mendatangi klinik ruqyah untuk terapi karena reaksi dan keluhannya tidak kunjung berakhir.

Setelah sekian waktu ruqyah tidak membuahkan hasil, sang Ibu ini disarankan ruqyah ke klinik ruqyah surabaya.

Beliau menceritakan bahwa beliau mulai merasakan hal-hal supranatural alias gangguan jin sejak anaknya tidak diterima di salah satu sekolah favorit yang beliau harapkan.

Hmmm…mungkin kekecewaan, kesedihan dan perlu dibenahi sikapnya terhadap takdir Alloh. Ini point diskusi yang coba kami pahamkan pada beliau. 

Alhamdulillah beliau menyadari ada yang salah dalam cara bersikap terhadap sesuatu yang telah terjadi. Beliau berusaha mohon ampun pada Alloh dan berusaha melapangkan dada terhadap apa yang terjadi. Serta berusaha husnudhon pada Alloh terkait dengan anaknya.

Kemudian, ruqyah dilakukan. Maa syaa Allohu laa quwwta illa billah. Tidak ada reaksi apapun dan gangguan selesai.

Saya teringat nasihat salah satu guru saya, semoga Alloh merahmati beliau, bahwa jin dan diri kita, ibarat lalat dan tempat sampah.

Kenapa?

Beliau bertanya pada saya, “jika lalat mendatangi sampah, apa yang akan antum lakukan?”

Lalu beliau melanjutkan dengan kalimat kurang lebih spt ini,

“Tidak ada gunanya kita mengejar si lalat itu.”

“Sangat melelahkan kalau kita harus memukul dan membunuh satu persatu lalat itu.”

“Meski lalat itu terbunuh semua, lalat lain akan segera hinggap di sampah tersebut”

“Seandainya pun, setelah itu semua lalat habis terbunuh, tempat sampah tersebut tetaplah kotor. Tetap tidak indah dipandang dan tetap tidak sedap baunya” ….

Maka…

Yang perlu kita lakukan bukan lah mengejar si lalat tetapi, ambil sampahnya, bersihkan tempat sampahnya maka semua lalat akan menyingkir setelah itu.

Proses ruqyah pun demikian adanya. Semua masalah yang sedang terjadi dalam hidup kita termasuk Gangguan jin dan sihir erat kaitannya dengan hal ini, yakni sampah yang menumpuk dalam diri.

Pada sebagian orang musibah, atau gangguan jin mungkin adalah ujian, karena Alloh berkehendak memuliakannya dengan ujian tersebut. Tapi pada kebanyakan orang, gangguan jin yang terjadi karena ada sesuatu yang harus dibenahi.

Saat kita menganggap bahwa gangguan jin adalah ujian, maka kita akan lebih sulit melihat kekurangan dalam diri kita.

Tetapi, manakala kita menganggap bahwa gangguan jin adalah bagian dari teguran Alloh maka kita akan lebih mudah untuk menyadari adanya kekurangan dalam diri.

Demikianlah Alloh mengingatkan kita bahwa semua terjadi karena sesuatu dalam diri dan masa lalu kita

 QS. Asy Syura : 30

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Oleh karenanya merasa ada kekurangan lebih utama

QS. An Najm : 32

(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.

Jadi, mungkin semua keluhan yang kita rasakan sebenarnya berujung pada hal ini, bukan soal kuat dan lemahnya jin dan dukunnya, juga bukan soal teknik ruqyahnya…..

Tapi mungkin ini soal Lalat Dan Sampah….

Semoga Alloh limpahkan taufiqNYA agar kita dimudahkan menemukan ‘sampah-sampah’ itu, sehingga setelah itu, sang lalat menyingkir, dan “tempat itu” menjadi harum dan indah dipandang mata.

Aamiin

Wallohu’alam

Semoga bermanfaat

M. Nadhif Khalyani
Founder RLC Indonesia

*Semua dikupas tuntas dalam buku Lalat dan Sampah, Rahasia Mengapa Tak Kunjung Sembuh

Order Buku : http://bit.ly/BukuLalatSampah
Demi Jilbab, Saya Memilih Menjadi Tukang Bersih-Bersih

Demi Jilbab, Saya Memilih Menjadi Tukang Bersih-Bersih

Dalam salah satu kesempatan mengisi diskusi di grup WhatsApp mengenai jilbab, saya menceritakan kisah perjuangan para muslimah di sini, Polandia, dimana kebanyakan dari mereka adalah sister mualaf. Salah satu sister yang dekat dengan saya adalah Sister Cahaya.

Perjuangan dan keteguhannya memegang identitas sebagai seorang Muslimah, kadang membuat saya menangis terharu hingga saya tidak berhenti mengucap kalimat tahmid dan takbir.

Setelah ujian perihal mantan suaminya, Sister Cahaya masih terus berjuang dalam kondisi keluarga yang prihatin dan mencari pekerjaan dengan kondisi tetap berhijab. Pekerjaan sebelumnya sebagai nanny (pengasuh) dengan kondisi berjilbab membuatnya tak lagi dipekerjakan.


Ia bercerita pernah suatu waktu ia datang ke rumah untuk menjaga seorang bayi umur 8 bulan, entah mengapa ibu si bayi mulai merasa keberatan dengan jilbabnya.

“Kenapa kau tidak melepas penutup kepala itu, kau kan seorang Polish (Orang Polandia)?” begitu ibu si bayi mengeluhkan tentang jilbabnya.

Sister Cahaya menjawab, “Maaf Pani, saya tidak bisa, saya seorang muslimah,” begitu teguh meski dalam keadaan sulit sekalipun.

Saya pernah memberanikan diri bertanya, “Sister, mengapa kau tidak menutup kepala seperti turban agar tidak begitu nampak, mungkin dengan begitu mereka akan tetap mempekerjakanmu?”

“Tidak … Tidak, sampai akhir napas, jilbab ini akan selalu saya kenakan, Sister. Tak ada siapapun atau apapun yang bisa menggantikan hidayah yang telah Allah karuniakan ini,” jawabnya penuh keteguhan.

“Hidup ini sementara. Saya berdoa saya kembali menghadapNya dalam keadaan taat. Apa yang perlu saya khawatirkan, Sister?” ujar Cahaya.

“Allahu Akbar … Allahu Akbar,” saya bertakbir dan memeluknya dengan haru.

Mari dengar apa yang hendak ia ucap saat saya kembali bertanya, “Lalu bagaimana sekarang kau menghidupi dirimu dan kedua orang tuamu?”

“Saya kerja jadi tukang bersih-bersih supaya tidak lepas jilbab. Tidak ada yang peduli atau keberatan dengan jilbab yang saya pakai. Saya lebih tenang dengan pekerjaan ini, Sister,” Ia mengucap kalimat di atas dengan binar bahagia. Semoga Allah merahmatimu, Kochana.

Saya kembali mendekat dan memeluknya. Aisha yang tengah memperhatikan kami tiba-tiba sudah berdiri di depan dan ikut memeluknya. MashaAllah, putri saya pun bisa merasakan ketegaran saudari dari negeri Sang Paulus ini.

Sister ini bagi saya tak sekadar teman, melainkan ada ikatan yang erat dan kuat yakni ikatan aqidah. Dan darinya saya belajar arti keteguhan dalam ucapan maupun perbuatan dalam menunjukkan identitas.

Ini saudari mualaf yang teguh dengan jilbabnya. Yang tak goyah dalam jalan imannya. Izinkan saya bertanya kepada saudari yang diberi kemudahan dan kelapangan:

Apa yang menghalangimu berjilbab?

Apa yang memberatkanmu berjilbab?

Apa yang membuatmu enggan berjilbab?



Oleh: Raidah Athirah

Kontributor IP, Penulis-Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Polandia








sumber :
eramuslim
Inspirasi Negeri Sulaiman

Inspirasi Negeri Sulaiman

Di dalam Al Quran banyak pembahasan mengenai bernegara, baik yang bersifat rujukan aturan maupun kisah sejarah. Salah satu yang menarik dan telah saya sampaikan dalam beberapa kesempatan adalah kisah negeri Nabi Sulaiman AS yang ada dalam surat An Naml.
Penjelasan mengenai negeri Sulaiman dimulai dengan penegasan pentingnya ilmu pengetahuan dalam islam. Ayat 15 Q.S. An Naml berbunyi, “Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengatakan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman.’”

Kecintaan kepada ilmu pengetahuan diajarkan oleh Islam dalam banyak kesempatan dan dalam konteks negeri Sulaiman, kecintaan kepada ilmu pengetahuan menjadi dasar berkembangnya kekuatan teknologi, ekonomi, dan militer, serta berujung pada kesejahteraan negeri di bawah kekuasaan Nabi Sulaiman AS.

Kemampuan militer negeri Sulaiman tidak hanya bertumpu pada kekuatan fisik yang digambarkan dengan tentara jin, manusia dan burung yang diatur tertib dalam barisan, tetapi juga kemampuan surveillance yang disimbolkan oleh informasi yang dibawa burung hudhud.

Penjelasan betapa Islam mengapresiasi unggulnya ilmu dibanding otot juga bisa kita pelajari dari dialog tentang keinginan untuk membawa singgasana Ratu Balqis dari Kerajaan Saba (di sekitar Yaman sekarang) ke istana Sulaiman di Palestina. Anggota pasukan Sulaiman yaitu Ifrit dari bangsa jin mengatakan ia mampu membawa singgasana itu sebelum Sulaiman bangkit dari duduknya.

Ifrit juga menepuk dada dan mengatakan dirinya benar-benar kuat dan dapat dipercaya. Kekuatan Ifrit kalah oleh seseorang yang mempunyai ilmu dari kitab. Ia berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.”

Ketika melihat singgasana itu sudah ada di sisinya, Sulaiman berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Akhirnya Ratu Balqis menyatakan menyerahkan diri bersama Sulaiman kepada Allah SWT setelah melihat istana terbuat dari kaca yang licin, yang disangkanya air hingga tersingkap gaun dan memperlihatkan betisnya. Balqis menyerahkan diri bukan karena invasi senjata atau kekerasan, melainkan diyakinkan oleh keluasan ilmu dan kecanggihan teknologi yang dimiliki Sulaiman.

Working Ideology di Gelombang Ketiga
Dalam buku Gelombang Ketiga Indonesia (2014) saya menjelaskan pentingnya working ideology bagi suatu bangsa. Working ideologyadalah sistem nilai yang mampu bekerja membentuk konsensus, cara pandang dan tindakan kolektif masyarakatnya.

Working ideology penting bagi Indonesia yang tengah memasuki gelombang sejarahnya yang ketiga, sebuah periode sejarah yang baru saja kita masuki setelah dua gelombang sebelumnya. Gelombang pertama adalah menjadi Indonesia yang ditandai dengan proklamasi kemerdakaan 17 Agustus 1945.  Gelombang kedua terentang sejak Orde Lama, Orde Baru hingga era Reformasi. Pada gelombang kedua tersebut, kita berusaha mencari sistem politik dan ekonomi yang cocok serta mencari keseimbangan baru antara kebebasan dan kesejahteraan.

Di Orde Lama ada kebebasan tapi rakyat lapar; di Orde Baru perut kenyang tapi mulut dibungkam. Pada era Reformasi yang sudah berjalan 20 tahun ini kita mulai menemukan titik keseimbangan melalui penataan sistem dan kelembagaan politik, reposisi militer dalam politik, otonomi daerah, dan banyak lagi.

Dalam mencari suatu working ideology kita ingat perdebatan Islam, keindonesiaan, dan kemodernan yang sangat menggugah dari Nurcholish Madjid pada 1980-an hingga 1990-an. Setelah sekian tahun berjalan, wacana itu masih relevan. Saya menggali konteksnya bagi masyarakat gelombang ketiga dan menemukan bahwa nilai-nilai yang berkembang pada era ini adalah agama, pengetahuan, dan kesejahteraan.

Masyarakat Indonesia sekarang adalah masyarakat yang religius (religious society) dan tidak canggung mengekspresikan identitas keislamannya. Namun, selain religius dalam konteks individu dan sosial, masyarakat kita juga semakin berpengetahuan bersemangat untuk menjadi pembelajar (learning society). Ini bisa dilihat dari semakin tinggi tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Indonesia, serta semakin terbukanya akses informasi.

Jika dianalogikan sebagai segitiga sama sisi, maka sisi ketiga adalah kesejahteraan sebagai hasil dari implementasi nilai agama dan pengetahuan. Menjadi sejahtera dinilai sebagai kebaikan sepanjang kesejahteraan itu berfaedah bagi masyarakat. Dalam bahasa sederhana, manusia Indonesia gelombang ketiga orang saleh, cerdas, dan sejahtera. Walau “tajir” tapi tetap zuhud dan terus belajar.
Kombinasi agama dan pengetahuan melahirkan kemajuan teknologi, kekuatan militer, dan kemakmuran ekonomi. Nilai dan kompetensi itu dapat tumbuh pada basis sosial masyarakat religius dan berpengetahuan (knowledge society). Agama, pengetahuan, dan kesejahteraan inilah working ideology di gelombang ketiga Indonesia.

Di bidang teknologi, Indonesia perlu segera mengejar ketinggalan atau mempersempit gap dengan negara lain, apalagi dunia kini sudah masuk ke teknologi kompuasi generasi ke-6 (6G). Komputer ke depan akan makin cerdas, mempunyai kemampuan sensorik (melihat, mendengar, mendeteksi suhu), serta mengambil keputusan. Pengembangan robot untuk menggantikan manusia adalah keniscayaan sehingga manusia harus berjuan dan belajar agar tak tergantikan oleh robot. Bukan hanya teknologi “tinggi” seperti robot, revolusi teknologi juga memungkinkan komputer masuk ke alat rumah tangga sehari-hari seperti kulkas, mesin cuci, hingga saklar lampu.

Satu catatan penting dalam pengembangan teknologi di Indonesia adalah usaha itu harus tetap berorientasi mewujudkan kesejahteraan jangka panjang. Kemajuan teknologi tidak boleh hanya dieksploitasi untuk kemakmuran segelintir pebisnis teknologi, namun harus kembali menjadi salah satu mesih pertumbuhan ekonomi yang dinikmati oleh seluruh rakyat.

Di bidang ekonomi, karakter sebagai knowledge society relevan dengan perkembangan zaman yang makin memasuki knowledge economy(ekonomi berbasis pengetahuan) karena tantangan kita adalah mecari mesin pertumbuhan ekonomi baru yang menjadi fondasi kemakmuran jangka panjang. Indonesia harus semakin menumpukan daya saing ekonominya pada manusia bekualitas bukan manusia yang diupah murah. Mesin baru inilah yang akan menempatkan kita sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia sekaligus membawa kita keluar dari jeratan utang luar negeri yang membuat kita lemah dan mudah didikite pihak lain.

Itulah arah baru Indonesia di dalam gelombang ketiga sejarah bangsa ini. Indonesia akan bertransformasi menjadi religious society yang mempunyai karakter kuat, learning society yang terus menumbuhkan semangat pembelajar, dan akhirnya menjadi knowledge society, yang berbasis pengetahuan. Ketiga fondasi itu akan menjadi lahan bertumbuhnya kekuatan ekonomi, teknologi, dan militer. Ternyata, semua itu sudah tertulis di Al Quran dalam kisah negeri Sulaiman.

Perkenankan saya akhiri tulisan sederhana ini dengan mengutip ayat terakhir dari Surat An Naml: Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.”

sumber : Ustad Anis Matta
Teknik Melepas Jin Khodam

Teknik Melepas Jin Khodam

AlQuran, terapi gangguan Jin

Jin khodam atau prewangan adalah jin secara khusus berinteraksi dengan manusia dan dimintai jasanya. Kali ini kita tidak sedang membahas hukumnya. Tetapi cara sederhana berlepas diri dari khodam yang pernah membantu tersebut.

Mengapa perlu berlepas diri ?

Perjalanan pengalaman hidup kadang adalah guru paling bijak.

Salah satu pelajaran penting dalam urusan jin adalah jangan pernah bekerja sama dengan mereka.

Karena tidak ada yang gratis dalam kerjasama itu, dan selalu ada resiko berat di kemudian hari.

Jika saat ini masih merasa dibantu oleh jin, segara pikirkan ulang.

Jika sudah terlanjur, gimana cara melepasnya?

Diruqyah...ini jawaban yang lazim kita dengar.

Ikrar pemutus...ini juga yangg pernah kita tahu.

Adakah cara yang lebih sederhana, dan menenangkan hati?

Ada.

Simak kisah dalam Tafsir Ibnu Katsir berikut.

Penggalan kisah dalam Tafsir Surah Al Ahqaf ayat 29-32.

Kisah ini tentang Sawad Ibnu Qarib r.a. beliau sebelum masuk Islam adalah tukang tenung.

Berikut Penuturan Umar Bin Khaththab :

Umar berkata kepadanya, "Hai Sawad, ceritakanlah kepada kami kisah permulaanmu masuk Islam."

Sawad r.a. menceritakan bahwa sesungguhnya ketika ia tinggal di India, dia mempunyai teman jin.

Sawad melanjutkan kisahnya, "Ketika aku sedang tidur di suatu malam, tiba-tiba teman jinku datang kepadaku dalam mimpiku, lalu berkata kepadaku, 'Bangunlah dan pahami serta pikirkanlah. Jika engkau berakal, sesungguhnya telah diutus seorang rasul dari keturunan Lu'ay ibnu Galib'.

Lalu jin itu mengucapkan syair berikut, 'Aku merasa heran dengan jin dan gerakannya dalam mempersiapkan unta kendaraannya, lalu memacunya menuju ke Mekah mencari petunjuk.

Tiadalah jin yang baik itu sama dengan jin yang jahat.

Maka bangkitlah kamu menuju ke manusia yang terpilih dari kalangan Bani Hasyim, dan perhatikanlah apa yang diajarkannya.'

Kemudian jin itu menyadarkanku dan membuatku terkejut, lalu berkata, 'Hai Sawad ibnu Qarib, sesungguhnya Allah telah mengutus seorang nabi, maka bangkitlah kamu menemuinya, niscaya engkau mendapat petunjuk dan bimbingan".

Pada malam kedua dia datang lagi dan membangunkan diriku seraya mengucapkan, 'Aku heran dengan jin dan pencariannya, dia mempersiapkan kendaraannya dan memacunya menuju ke Mekah mencari petunjuk, tiadalah kedua telapak kakinya sama dengan ekornya. Maka bangkitlah kamu menemui orang pilihan dari Bani Hasyim, tiadalah jin yang beriman itu sama dengan jin yang kafir.'

Dengan berulang-ulangnya kejadian itu terhadap diriku, maka timbullah dalam hatiku rasa cinta kepada Islam dan ingin tahu akan Rasulullah Saw. menurut apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.

Maka aku berangkat dengan mengendarai unta kendaraanku yang telah kupersiapkan untuk itu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, sampailah aku kepada Rasulullah Saw. yang saat itu beliau di Mekah, sedangkan orang-orang yang mengelilinginya masih belum begitu banyak.

Ketika Nabi Saw. melihatku, maka beliau bersabda, 'Selamat datang denganmu, hai Sawad ibnu Qarib, kami telah mengetahui apa yang telah disampaikan olehnya.'

Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saya telah menggubah syair. Maka dengarkanlah syair saya ini.' Rasulullah Saw. bersabda, 'Bacakanlah, hai Sawad!' Maka aku membacakan syairku:

Jin temanku telah datang di malam hari sewaktu tidur, dan apa yang kualami dalam tidurku itu bukanlah dusta.

Tiga malam berturut-turut dia datang dengan mengucapkan,

'Telah datang kepadamu seorang Rasul dari Bani Lu'ay ibnu Galib. '

Maka kusingsingkan kainku dan kukendarai unta kendaraanku menempuh padang pasir, dan aku bersaksi bahwa Allah tiada Tuhan selain Dia (yang berhak disembah), dan bahwa engkau adalah orang yang tepercaya terhadap semua yang gaib. Dan bahwa engkau adalah rasul yang paling dekat hubungannya dengan Allah, hai putra orang-orang yang mulia lagi baik. Maka perintahkanlah kepadaku sesuai dengan apa yang disampaikan kepadamu, wahai sebaik-baik rasul, sekalipun memerintahkan kami untuk memasuki sarang serigala. Semoga engkau menjadi syafaatku kelak di hari yang tiada pemberi syafaat kepada Sawad ibnu Qarib selain engkau.

Setelah mendengar syair itu Rasulullah Saw. tertawa sehingga kelihatan gigi serinya, dan berkata kepadaku, 'Engkau beruntung, hai Sawad'."

Lalu Umar r.a. bertanya kepadanya,

"Apakah teman jinmu itu masih juga datang kepadamu?"

Sawad menjawab, "Sejak aku membaca Al-Qur'an, dia tidak pernah lagi datang kepadaku, dan sebaik-baik pengganti adalah Kitabullah."

Kemudian Imam Baihaqi menyandarkan hadis ini melalui dua jalur yang lain.
--------
Apa pelajaran penting dalam kisah diatas?

Saat hati dan diri kita telah diisi dg Al Qur'an, dan Al Qur'an telah benar benar menjadi "sahabat" dalam keseharian kita, maka sahabat/khodam/prewangan dr bangsa jin akan dengan sendirinya pergi.

Persoalannya kemudian, kenapa kita yang sudah membaca Al Qur'an, kadang masih mengalami gangguan?

Mungkin perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk bersama Al Qur'an, membaca terjemahan dan tafsirnya.

Hingga seperti Kalimat Sawad Ibnu Qarib diatas
Kitabulloh adalah sebaik baik pengganti.

Kualitas interaksi dg Al Qur'an

Persoalan kita mungkin disini. Dan ini kuncinya.

Ini pula mgkn yg mnyebabkan Sawad Ibnu Qarib dg "mudah" melepas masa lalunya.
Sangat simple.
Tanpa ribet dalam proses 'pelepasan diri'. Cukup fokus pd kualitas interaksinya dg Al Qur'an.

Wallohua'lam.



M. Nadhif Khalyani
RLC Indonesia


Ebook Ruqyah Syar'iyyah
Buku ini, mengajak anda berfikir dan meracik senjata sendiri untuk meluluhlantakkan sihir

yang mencuri kebahagiaan keluarga dan kehidupan Anda..
Download Disini
Ruqyah Syar'iyyah
Terapi Gangguan Jin
Terapi Gangguan Sihir
Thibbun Nabawi
Pengobatan Sunnah
BUYA HAMKA, ULAMA-SASTRAWAN PENUH INSPIRASI

BUYA HAMKA, ULAMA-SASTRAWAN PENUH INSPIRASI

Buya Hamka, nama ini bukan hanya dikenal sebagai ulama besar Nusantara, melainkan juga sebagai sastrawan, budayawan, politisi, cendikiawan, dan tokoh masyarakat. Ketokohan serta keagungan karyanya membuat banyak orang tertarik untuk membaca dan meneladani kisah hidupnya yang penuh inspirasi.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka lahir di Desa Kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908 M. /13 Muharram 1362 H.
Hamka juga biasa dipanggil Buya, yaitu panggilan orang Minangkabau yang berasal dari kata abi-abuya dalam bahasa Arab, yang berarti Ayahku, atau seseorang yang dihormati.  

Ayahnya bernama Syaikh Abdul Karim bin Amrullah, yang di kenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor gerakan Islam di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Sebagi seorang Ulama besar, Buya Hamka banyak mempelajari dan mendalami berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik ilmu tentang ke-Islaman maupun pemikiran Barat. Hamka  juga aktif dalam perpolitikan di Indonesia.

Masa Kecil
Abdul Malik adalah nama kecil dari Buya Hamka. Hamka adalah anak sulung dari empat bersaudara dalam keluarga Syaikh Abdul Karim Amrullah.
Masa kecil Hamka dipenuhi gejolak batin, karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal-hal yang tidak dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Hamka muda yang ketika itu berusia empat tahun bersama orangtuanya pindah ke Padang. Ia melewati masa kecil di rumah  neneknya.
Bersama teman-teman sebaya, Hamka kecil menghabiskan waktu bermain di Danau Maninjau. Kebiasaan Hamka kecil adalah belajar mengaji di surau yang berada di sekitar tempat ia tinggal.
Dia  belajar mengaji pada ayahnya sendiri. Dia  sempat mendapatkan pengetahuan umum seperti berhitung dan membaca saat masuk ke Sekolah Desar pada tahun 1915.

Perjalanan Haji
Di awal Buya Hamka naik haji ke Makkah Al-Mu­karramah pada tahun 1927. Buya berjalan kaki dari Bayua Maninjau me­nuju Bukittinggi lewat Kelok 44.  Kemudian me­neruskan per­jalanan de­ngan kendaraan ke Pa­dang.  Dari Teluk Bayur naik kapal ke Sibolga dan selanjutnya naik kendaraan pula menuju pelabuhan Belawan Medan lewat Pematang Siantar.

Di pelabuhan inilah Buya naik kapal Karimata milik Stoomavart Maatschappij Nedherland selama 16 hari perjalanan menuju Jeddah Saudi Arabia, dengan bekal uang 500 Gulden.
Demikian panjang dan beratnya perjalanan Buya Hamka untuk menunaikan ibadah haji pada awal-awal abad ke-20 ini.

Bila kita baca buku Di Bawah Lindungan Ka’bah karangan Buya Hamka atau menonton filmnya, maka terlihat jelas bagaimana sulitnya dulu untuk mencapai Tanah Suci itu. Angkutan hanya dengan kapal yang memakan waktu sekitar tiga bulan.

Karena kapalnya belum secanggih sekarang maka banyak pula di antaranya yang rusak dan tenggelam dalam perjalanan. Banyak di antara mereka yang sakit di atas kapal atau sakit dan meninggal di Tanah Suci sehingga tidak bisa pulang lagi.

Begitu juga di zaman kolo­nialisme Belanda, di mana jamaah haji itu diawasi dengan sangat ketat. Konon mereka yang telah pulang dari haji akan diuji dulu oleh Belanda dan yang lulus akan diberi sertifikat. Barulah mereka berhak memakai atribut haji seperti sorban, songkok haji, kafieh dan memakai gelar H. alias Haji.

Hamka, selama di Mekkah, menjadi koresponden Harian Pelita Andalas sekaligus bekerja di sebuah perusahaan percetakan milik Tuan Hamid, putra Majid Kurdi, yang merupakan mertua dari Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Di tempat ia bekerja itu, ia dapat membaca kitab-kitab klasik, buku-buku, dan buletin Islam dalam bahasa Arab.

Perjuangan Buya
Pada Juli 1924, Hamka memulai perjalanannya ke Pulau Jawa. Ia mengungkapkan keinginannya dan meminta restu kepada ayahnya untuk merantau, berjanji akan belajar agama kepada Ahmad Rasyid Sutan Mansur.

Dalam perhentian pertama di Yogyakarta, Hamka bertemu dengan pamannya Jafar Amrullah. Ia pun diperkenalkan dengan Sarekat ISlam (SI) dan bergabung menjadi anggota. Ia mengambil waktu belajar kepada Bagoes Hadikoesoemo, HOS Tjokroaminoto, Fakhruddin dan Suryopranoto, serta melalui berbagai pergerakan umat Islam,
Sekembali dari tanah Jawa, Hamka aktif dalam kepengurusan Muhammadiyah cabang Minangkabau, yang cikal bakalnya bermula dari perkumpulan Sendi Aman yang didirikan oleh ayahnya pada tahun 1925 di Sungai Batang.

Selain itu, ia sempat menjadi pimpinan Tabligh School, sebuah sekolah agama yang didirikan Muhammadiyah pada 1 Januari 1930.
Sejak menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Solo pada tahun 1928, Hamka tidak pernah absen menghadiri kongres-kongres Muhammadiyah berikutnya. Sekembalinya dari Solo, ia mulai memangku beberapa jabatan, sampai akhirnya ia diangkat sebagai Ketua Muhammadiyah cabang Padang Panjang.

Seusai Muktamar Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi pada tahun 1930, disusul dengan kongres berikutnya di Yogyakarta, ia memenuhi undangan untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di Bengkalis.

Selanjutnya pada tahun 1932, ia diutus oleh Muhammadiyah ke Makassar dalam rangka mempersiapkan dan menggerakkan semangat rakyat untuk menyambut Muktamar Muhammadiyah ke-21 di Makassar.

Selama di Makassar, ia sempat menerbitkan Al-Mahdi, majalah pengetahuan Islam yang terbit sekali sebulan. Pada tahun 1934, setahun setelah menghadiri Kongres Muhammadiyah di Semarang, ia diangkat menjadi anggota tetap Majelis Konsul Muhammadiyah untuk wilayah Sumatera Tengah.
Kariernya di Muhammadiyah kian menanjak sewaktu ia pindah ke Medan. Pada tahun 1942, bersamaan dengan jatuhnya Hindia Belanda ke dalam tampuk kekuasaan penjajah Jepang, Hamka terpilih menjadi pimpinan Muhammadiyah untuk wilayah Sumatera Timur menggantikan H. Mohammad Said.

Selama di Medan, ia juga bekerja sebagai editor sekaligus menjadi Pemimpin Redaksi sebuah majalah pengetahuan Islam yang didirikannya bersama M.Yunan Nasution, yaitu Majalah Pedoman Masyarakat.

Namun pada Desember 1945, ia memutuskan kembali ke Minangkabau dan melepaskan jabatan tersebut. Pada tahun berikutnya, ia terpilih menjadi Ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah Sumatera Barat menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto.  Jabatan ini ia pegang hingga tahun 1949.
Pada tahun 1953, ia terpilih sebagai pimpinan pusat Muhammadyiah dalam Muktamar Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto. Sejak saat itu, ia selalu terpilih dalam Muktamar Muhammadiyah selanjutnya, sampai pada tahun 1971 ia memohon agar tidak dipilih kembali karena merasa uzur. Akan tetapi, ia tetap diangkat sebagai penasihat pimpinan pusat Muhammadiyah sampai akhir hayatnya.

Selama revolusi fisik, Hamka bergerilya dalam Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pegunungan di Sumatera Barat untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda.

Pada 1950, Hamka membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Meski mendapat pekerjaan di Departemen Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik.
Dalam Pemilihan Umum 1955, Hamka dicalonkan Masyumi sebagai wakil Muhammadiyah dan terpilih duduk di Konstituante. Ia terlibat dalam perumusan kembali dasar negara. Sikap politik Maysumi menentang komunisme dan gagasan Demokrasi Terpimpin memengaruhi hubungannya dengan Soekarno.

Keteguhannya memegang prinsip yang diyakini membuat semua orang menyeganinya. Pada zamam pemerintah Soekarno, Buya Hamka berani mengeluarkan fatwa haram menikah lagi bagi Presiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang Presiden berang ’kebakaran jenggot’. Tidak hanya berhenti di situ saja, Buya Hamka juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. Maka, wajar saja kalau akhirnya dia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Bahkan majalah yang dibentuknya ”Panji Masyarat” pernah dibredel Soekarno karena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul ”Demokrasi Kita” yang terkenal itu.

Seiring meluasnya pengaruh komunis, Hamka dan karya-karyanya diserang oleh organisasi kebudayaan Lekra. Tuduhan melakukan gerakan subversif membuat Hamka diciduk dari rumahnya ke tahanan Sukabumi. Dalam keadaan sakit sebagai tahanan, ia justru merampungkan karya buku monumentalnya, Tafsir Al-Azhar.

Seiring dengan peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari 1966. Ia pun mendapat ruang pemerintah, mengisi jadwal tetap ceramah di RRI dan TVRI. Ia mencurahkan waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al-Azhar Jakarta.

Ketika pemerintah menjajaki pembentukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 1975, peserta musyawarah memilih Buya Hamka sebagai Ketua Umum MUI. Namun, Hamka memilih meletakkan jabatannya pada 19 Mei 1981, menanggapi tekanan Menteri Agama untuk menarik fatwa haram MUI atas perayaan Natal bersama bagi umat Muslim.

Saat itu Hamka mengaku sangat gundah sejak peredaran fatwa dicabut. “Gemetar tangan saya waktu harus mencabutnya. Orang-orang tentu akan memandang saya ini syaithan. Para ulama di luar negeri tentu semua heran. Alangkah bobroknya saya ini, bukan?” kata Hamka.
Keteguhannya memegang prinsip, itulah yang diyakini membuat semua orang menyeganinya.

Karya Tulis       
Sepanjang hidupnya Buya Hamka tidak hentinya menulis dan berpidato, menghasilkan sekitar 100 buah buku, ratusan makalah, essay dan artikel yang tersebar dalam media massa seperti Pedoman Masyarakat, Aliran Islam, Suara Partai Masyumi, Hikmah, Mimbar Agama, Panji Masyarakat dan banyak lagi.

Seluruh ceramah, pidato, khotbah dan karya tulisnya dilandasi oleh substansi semangat ke-Islaman yang demikian prima.
Salah satu karya tulis terbesarnya adalah Kitab Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-Quran 30 juz itu salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan Buya Hamka semasa hidupnya. Tafsir tersebut ditulisnya pada 1960.

Selain kitab tafsir, Hamka juga meninggalkan berbagai macam karya tulis, di antaranya tentang politik (Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, Urat Tunggang Pancasila), sejarah (Sejarah Ummat Islam, Sejarah Islam di Sumatera), budaya (Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi), akhlak (Kesepaduan Iman & Amal Salih ), dan ilmu-ilmu ke-Islaman (Tashawwuf Modern).

Hamka juga banyak menghasilkan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul Si Sabariah, kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk Roman, Sejarah, Biografi dan Otobiografi, Sosial Kemasyarakatan, Pemikiran dan Pendidikan, Teologi, Tasawuf, Tafsir, dan Fiqih.

Di antara novel-novelnya yang terkenal hingga sekarang antara lain Tenggelamnya Kapal Van Der WijckDi Bawah Lindungan Ka’bah. dan Merantau ke Deli  juga menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik tingkat nasional maupun internasional.

Mengenai kemampuan dan kedalaman ilmunya dalam agama Islam serta kehalusan bahasa sastranya, Buya Hamka dengan kemampuan bahasa Arab yang dipelajarinya, lebih banyak mempelajarinya secara otodidak, alias belajar sendiri.

Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan baha Melayu.  Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan Doktor dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar guru besar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta.

Akhir Hayat
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Ketua MUI pada 19 Mei 1981, kesehatannya menurun. Atas anjuran dokter Karnen Bratawijaya, dokter keluarga, ia diopname di Rumah Sakit Pertamina pada 18 Juli 1981, yang bertepatan dengan awal Ramadan.

Pada hari keenam dirawat, ia sempat menunaikan shalat Dhuha dengan bantuan puterinya, Azizah, untuk bertayammum. Siangnya, beberapa dokter datang memeriksa kondisinya, dan kemudian menyatakan bahwa ia berada dalam keadaan koma. Kondisi tersebut tetap berlangsung sampai malam harinya.

Tim dokter menyatakan bahwa ginjal, paru-paru dan saraf sentralnya sudah tidak berfungsi lagi, dan kondisinya hanya bisa dipertahankan dengan alat pacu jantung. Pada pukul 10 pagi keesokan harinya, anak-anaknya sepakat untuk mencabut alat pacu jantung, dan Hamka menghembuskan napas terakhirnya tidak lama setelah itu.

Pada hari mulia Jum’at, bulan mulia 21 Ramadhan, bertepatan dengan 24 Juli 1981 pukul 10 lewat 37 menit dalam usia 73 tahun, Bya Hamka wafat, dipanggil ke haribaan-Nya. Jenazahnya disemayamkan di rumahnya di Jalan Raden Fatah III Jakarta.

Pelayat yang hadir untuk memberi penghormatan terakhir dinantaranya Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Adam Malik, Menteri Negara Lingkungan Hidup Emil Salim, serta Menteri Perhubungan Azwar Anas yang menjadi imam shalat jenazahnya.
Jenazahnya dibawa ke Masjid Agung Al-Azhar dan dishalatkan lagi, dan kemudian akhirnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, dipimpin Menteri Agama Alamsjah Ratoe Perwiranegara.
Kita kehilangan seorang ulama besar. Kita kehilangan seorang pemikir besar. Kita kehilangan seorang sastrawan besar, 
komentar Menteri Agama Alamsyah, ketika melepas jenazah almarhum di pekuburan.

Buya Hamka, walaupun jasadnya telah tiada, namun semangat juangnya, ceramah-ceramahnya yang menyentuh serta karya-karya bukunya yang menginspirasi, masih terasa hingga kini
Sumber : mirajnews
Pemuda Ini Melakukan Sesuatu Yang Cerdas

Pemuda Ini Melakukan Sesuatu Yang Cerdas

Inspiring story - Kisah nyata.
--------------------
Tak Ingin Seorang Ibu Malu Di Depan Umum & Anaknya, Pemuda Ini Melakukan Sesuatu Yang Cerdas
______________________
Hari itu saya belanja keperluan pribadi di Borma swalayan. Setelah mengambil segala barang yang saya butuhkan, saya pun buru buru menuju antrian di kasir . Di depan saya ada seorang anak muda berpenampilan rada sangar dan di depan anak muda itu ada seorang ibu ibu berpenampilan sederhana dengan 2 orang anaknya yang sedang menghitung belanjaan mereka di kasir.

"Total seluruhnya 145 ribu bu." kata si neng penjaga kasir tersenyum ramah setelah menjumlahkan seluruh barang belanjaan si ibu.

Ibu itu segera membuka dompetnya. Uangnya recehan semua dan sedikit lusuh, lalu dia menghitungnya satu persatu dengan wajah tertunduk. Kedua anaknya berdiri memperhatikan ibu mereka sambil sesekali memegang tangannya, keduanya terlihat tidak sabar.

Antrian di Borma pun semakin panjang, maklum tanggal muda. Saya lihat wajah si ibu pucat pasi. Terlihat jelas ia kebingungan sebab ternyata uang yang ada di dompetnya kurang. Ia mulai berfikir untuk mengembalikan sebagian barang belanjaan yang diambilnya.

Seketika tiba-tiba saja, anak muda di depan saya lalu membungkuk sambil memungut uang 50 ribuan yg ada di lantai dan menyodorkannya ke pada ibu itu:

"Kade ah bu, hati-hati bu kalau menghitung uang. Ini ada selembar uang ibu yang jatuh."

Si ibu yang bengong seperti tak percaya. Dengan tangan bergetar mengambil dan menerima uang itu. Dengan tatapan mata penuh syukur ia memandang pada si anak muda tersebut.

Setelah membayar di kasir dengan gembira, kedua anaknya menenteng kantong plastik belanjaan berlalu pergi.

Anak muda itu membayar belanjaannya kemudian ia juga segera pergi.

Saya kejar sambil tergesa-gesa menyusul dia. Setelah bertemu saya berkata :

"Dek, saya tahu tadi kamu dengan sengaja menjatuhkan uang 50 rebuan kamu, buat kamu kasihkan sama si ibu yang tadi itu. Saya lihat karena saya berada tepat di belakang kamu. Demi ALLAH saya bertanya, bagaimana kamu bisa mendapat ide itu?"

Si anak muda dengan santun menjawab : "ALLAH lah yang mengilhamkan itu pada saya pak. Saya tidak ingin si ibu itu malu di hadapan kita dan anak-anaknya. Karena itu ALLAH menggerakkan hati saya untuk spontan mengerjakan apa yang bapak lihat."

Subhanallah...

Ternyata bila hati menginginkan kebaikan, ALLAH akan membantu hamba NYA melakukan kebaikan itu. Sungguh kebaikan itu hanya mudah dilakukan bagi orang yang memang menginginkannya.
Belajar dari mbah jinem

Belajar dari mbah jinem


Sebut saja mbah jinem namanya. Tinggal seorang diri di sebuah gang di Kota Lumajang. Sekarang kalau masuk ke Bank tidak copot sandal lagi. 

Sudah setahun lebih ia menjadi nasabah di sebuah bank syariah, tempat menitipkan uang hasil jerih payah memulung sampah dan pemberian beberapa orang yang menaruh iba padanya.

Hari ini tabungannya sudah lebih dari 2,4 juta rupiah. Di sisa usianya ternyata ia masih memikirkan masa depan,tidak mau menjadi beban yang menyusahkan orang lain.
Terima kasih mbah jinem, hari ini saya mendapatkan pelajaran hidup yang luar biasa

*status FB Pak Arif Wijayanto

Mahar Cintaku, Palestina

Mahar Cintaku, Palestina

Pemuda palestina ini berhasil mendekat dan mengejar tentara israel dengan sebilah pisau, dia tahu dia akan mati, dia terus mengejar tentara israel pengecut yang bersenjata lengkap itu .. berhasil .. dia tusuk dia tusuk berkali kali ... "ini untuk palestina ini untuk al-Aqsa" .. dia mati syahid ditembak tentara lainnya dengan jari telunjuk mununjuk ke langit .. "see you in jannah". inilah gambaran pemuda Palestina, nothing to lose ... hidup mulia atau mati syahid ... |

Mahar Cintaku, Palestina
senjataku, ruh dan rasa rinduku yang menggelora
wahai Quds, aku datang hari ini
dengan segalanya sebagai mahar untukmu
darahku cat jarimu wahai pengantin baru
untuk tanahmu dan jiwa-jiwanya
sungai air mata kan mengering
tapi azzam menjadi jembatan tuk meraihmu
kubekukan senjata dan cintaku
serta kukatakan : ambilah !
di bawah terik matahari
kulangkahkan kaki sendiri untuk melihatmu
maka ambilah hatiku dan dekaplah kekuatanku dalam bumimu
supaya menjadi duri yang menusuk musuh yang menginjanakmu
benih-benih pembalasan di tanahmu
dengan tangkai tangkainya
dan batu-batu kecil cukup bagi kami
tuk menggetarkan sebagai senjata kebenaran

Allah Maha Besar … kami takkan takut pada lawan
akan meninggi bendera dan panji Islam di atas menara
sampaikan kepada dunia suara adzanmu wahai ksatria

sumber : https://www.facebook.com/boemiislam
Andaikata ...

Andaikata ...

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.Kemudian Rosulullah berkata, "Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"
Istrinya menjawab, "Saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal"

"Apa yang di katakannya?"

"saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong."

"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.

Istri yang setia itu menjawab,"suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru....andaikata semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"

Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru," ujarnya.

"Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula."

Ucapan lainnya ya Rosulullah? "tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab, "adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya."

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu.

Dengan sabar Nabi menjelaskan, "ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata "kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda."

Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula." (surat Al Isra':7)
Ingat Bebek

Ingat Bebek

Hasil gambar untuk bebekAda seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran.

Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.

Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.

Setelah makan, nenek berkata, "Sally, cuci piring."

Tetapi Sally berkata, "Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Johnny?" Dan Sally berbisik, "Ingat bebek?"

Jadi Johnny mencuci piring.

Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan."

Tetapi Sally tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu." Kembali dia berbisik, "Ingat bebek?"

Jadi Sally pergi memancing dan Johnny tinggal dirumah.

Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun.

Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu."

"Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh kemukamu. Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Tuhan juga selalu berdiri di'jendela'. Dan Dia melihat segalanya.

Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya. Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu.

Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, tetapi Dia juga tiak mengingat-ingat lagi dosamu."

*Diambil dari milis pengembangan kepribadian
Ulah Seorang yang Kikir

Ulah Seorang yang Kikir

http://ypiis.com/wp-content/uploads/artikel-celaan-allah-bagi-orang-yang-bakhil-dan-kikir.jpg 
Seorang yang terkenal kikir mempekerjakan seorang pembelah kayu dengan upah yang telah disepakati bersama. Kemudian sang kikir merasa bahwa upah tersebut terlalu tinggi sehingga dia berusaha untuk menguranginya. Setiap kali si pembelah kayu mengayunkan kapaknya, sang kikir berteriak, "Hoa...!" Setelah pekerjaan selesai, sang kikir menyerahkan separo dari upahnya dengan alasan bahwa dia juga membantu pekerjaan dengan teriakan-teriakannya itu. Pantas saja si pembelah kayu tidak dapat menerimanya.

Dia mengadukan perkara itu kepada hakim. Hakim yang cerdik dan adil minta seluruh upah untuk dibagi. Uang tersebut satu persatu diletakkan di atas meja sambil berkata, "Uang ini untuk pembelah kayu dan suara gemerincingnya untuk sang pemberi upah." Sang hakim melakukan hal itu sampai selesai dengan menyerahkan seluruh uangnya kepada si pembelah kayu, sedang suara gemerincingnya seluruhnya buat si kikir.


sumber : alsofwa.or.id
Kisah Sang Tikus

Kisah Sang Tikus


Kisah Sang TikusSeekor tikus mengintip disebalik celah di tembok untuk mengamati sang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Ada makanan fikirnya? Dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus.

Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi peringatan; "Awas, ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati, ada perangkap tikus di dalam rumah!"

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Ya maafkan aku, Pak Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tak ada masalahnya. Jadi jangan buat aku peninglah."

Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing, katanya, "Ada perangkap tikus didalam rumah, sebuah perangkap tikus dirumah!" "Wah, aku menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "tetapi tak ada sesuatupun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doa doaku!"

Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. " Oh? sebuah perangkap tikus, jadi saya dalam bahaya besar ya?" kata lembu itu sambil ketawa.

Jadi tikus itu kembalilah kerumah, kepala tertunduk dan merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.

Malam itu juga terdengar suara bergema diseluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang berjaya menangkap mangsanya. Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Didalam kegelapan itu dia tak bisa melihat bahawa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit.

Dia kembali ke rumah dengan demam. Sudah menjadi kebiasaan setiap orang akan memberikan orang yg sakit demam panas minum sup ayam segar, jadi petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah dia ke belakang mencari bahan bahan untuk supnya itu.

Penyakit isterinya berlanjutan sehingga teman-teman dan tetangganya datang menjenguk, dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itupun menyembelih kambingnya untuk memberi makan para tamu itu.

Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Dia mati, jadi makin banyak lagi orang orang yang datang untuk pemakamannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat para pelayat itu.

Moral kisah ini:
---------------
Apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan kamu fikir itu tiada kaitan dengan anda, ingatlah bahwa apabila ada 'perangkap tikus' didalam rumah, seluruh 'ladang pertanian' ikut menanggung risikonya .

Sikap mementingkan diri sendiri lebih banyak keburukan dari baiknya. (Soulful - Anton Prayitno)


source: myquran.com
Pahala Membantu Tetangga

Pahala Membantu Tetangga

 
Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, "Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?"  Jawab yang lain, "Enam ratus ribu."
Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang diterima ?" Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya.
Jawab orang itu, "Muwaffaq."
Lalu abdullah bin Mubarak bertanya padanya, "Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?"  Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalau aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah jiranku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.

Jawab jiranku, "Aku terpaksa membuka rahsiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu."
Ketika aku mendegar jawaban itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada jiranku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.

"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku." Kata Muwaffaq lagi.
Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahwa membantu jiran tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim.
Rasulullah ada ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga."  Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik."
Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahwa aku telah berbuat baik?" Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."

sumber : File 1001 KisahTeladan by Heksa